top of page

(ID/ENG) EKSPRESIF LEWAT EMOTICON: Ngobrol Tetap Seru Meski Tak Saling Tatap Muka


Berawal dari perpaduan sederhana tanda baca, huruf, dan angka hingga gambar kartun berwarna-warni yang tak hanya menampilkan berbagai ekspresi, namun juga bahasa tubuh secara keseluruhan.

Hai Dev! Apa kabar? Dengar-dengar kamu sudah pindah kerja ya? ;-) Iya. Kok tahu, sih? :-O Tahu, dong… (ʃƪ˘˘ﻬ) ~♥ (っ╥╯﹏╰╥)っ

Pernah mengalami percakapan serupa namun tak sama lewat chatting di BBM, WhatsApp, SMS, atau layanan messenger dan media sosial lainnya? Berkomunikasi dengan teman dan keluarga lewat messenger atau dunia maya memang terasa kurang lengkap rasanya tanpa disertai emoticon. Ekspresi yang biasanya dapat ditunjukkan dengan mudah dalam komunikasi verbal lewat kontak mata, sentuhan, dan intonasi suara, dalam obrolan teks digantikan oleh bermacam-macam bentuk emoticon, mulai dari kombinasi karakter yang sederhana hingga gambar animasi yang kompleks.

Image Source: www.shutterstock.com


Perjalanan Tiga Dekade Emoticon, menurut pengamatan Abang Edwin SA, Social Media Consultant, mulai dikenal di Indonesia saat instant messenger berbasis web mulai digunakan. “Awalnya penggunaan emoticon ini hanya menggunakan kombinasi tanda baca yang menggambarkan ekspresi wajah dan ini dilakukan melalui SMS,” tuturnya. Lalu kemudian, menurut pria yang akrab disapa Bangwin dan pernah menjadi Senior Community & Social Media Manager Yahoo! Indonesia ini, Yahoo! Messenger mulai mempopulerkan penggunaan emoticon yang berbentuk icon ‘smiley face’.

Sesuai dengan maknanya, emoticon yang berasal dari perpaduan dua kata dalam bahasa Inggris, yaitu ‘emotion’ dan ‘icon’ ini memang berfungsi menggambarkan ekspresi wajah, misalnya :-) untuk menggambarkan senyum atau :-( untuk menggambarkan ekspresi sedih. Dalam penggunaannya, menurut Bangwin, emoticon mengalami perkembangan pesat di Indonesia karena memberikan pengalaman ngobrol tanpa bertatap muka yang seru dan asyik. “Karena itulah emoticon menjadi sangat populer di Indonesia,” tuturnya.

Sebelum ada emoticon, percakapan di dunia online hanya bergantung pada teks semata, di mana setiap ekspresi harus dideskripsikan dengan kata-kata. Bangwin mencontohkan ekspresi tertawa, yang dulu harus dituliskan dengan “hahaha”, melalui emoticon cukup digambarkan dengan simbol :-D. Turunannya pun banyak, seperti :-)) untuk tertawa lebar, :-))) untuk tertawa terbahak-bahak, dan ;-D untuk tertawa sambil mengedipkan mata. “Bukankah dengan emoticon komunikasi kita di dunia online jadi jauh lebih berwarna dan ekspresif?” ungkapnya.


Lalu dari mana sebenarnya asal muasal emoticon? Konon, unsur emoticon telah ditemukan pada kode Morse di surat telegraf yang berfungsi untuk mengekspresikan ‘love and kisses’ dalam buku ‘National Telegraph Review and Operators Guide’ yang diterbitkan di Amerika Serikat pada April 1857.


Namun emoticon yang resmi pertama kali ditemukan oleh Scott E. Fahlman, yang kini dijuluki ‘Bapak Emoticon’, pada 19 September 1982. Saat itu, Fahlman, yang merupakan profesor di Departemen Ilmu Komputer Carnegie Mellon University, Amerika Serikat mengusulkan pemakaian emoticon :-) di akhir tulisan yang berbau humor dan :-( untuk tulisan tentang hal-hal yang serius. Tak lama setelah itu, berbagai variasi emoticon lainnya diciptakan dan digunakan dalam berbagai percakapan di internet.

Ada juga yang mengklaim bahwa sebelumnya Kevin MacKenzie, karyawan baru di MsgGroup (partner awal yang merilis milis ARPANet, yang kemudian berkembang menjadi internet) pada tahun 1979 sudah terlebih dulu mengusulkan penambahan tanda baca, seperti -), yang artinya menjulurkan lidah untuk memperjelas sebuah kalimat sebagai sebuah candaan atau sesuatu yang tidak serius. Namun saat itu usulannya tidak diterima.

Sejarah emoticon modern juga tidak bisa terlepas dari icon pop culture “Smiley Face”, karikatur legendaris yang awalnya diciptakan oleh Harvey Ball pada tahun 1963 untuk perusahaan asuransi. Inspirasi sang tokoh berwajah kuning bulat yang tersenyum lebar dan kian mendunia tersebut melebur ke dalam kebudayaan internet yang akhirnya melahirkan berbagai ekspresi lainnya dalam bentuk animasi yang makin memudahkan pengguna: tinggal klik emoticon yang diinginkan tanpa perlu menghapal berbagai karakter rumit, lawan bicara langsung mengerti intonasi atau bahasa tubuh Anda.

Perkembangan emoticon yang didominasi oleh dunia Barat ini mendorong Asia untuk menciptakan emoticon versi budaya mereka sendiri. Dipelopori oleh Jepang, emoji (berasal dari kata ‘e’ yang berarti gambar dan ‘moji’ yang artinya huruf) diciptakan pertama kali pada tahun 1998 oleh Shigetaka Kurita, anggota tim pengembang mobile internet platform di NTT Docomo, Inc, sebuah perusahaan operator telepon seluler. Sebanyak 172 emoji berukuran 12x12 pixel sengaja dimasukkan ke dalam fitur pesan untuk membantu percakapan elektronik, sekaligus membedakan fitur tersebut dari servis lainnya.

Lucunya, emoticon sebenarnya ‘lahir’ jauh sebelum ponsel dan kebudayaan internet diciptakan. Lalu apa yang mendorong dan membuat emoticon ini mengalami evolusi dalam tampilan serta bentuknya? Menurut Bangwin, kebutuhan manusia untuk mengekspresikan emosi semakin tinggi dalam berkomunikasi di dunia internet. “Kalau hanya mengandalkan teks saja, komunikasi menjadi sangat berisiko tidak nyambung, bahkan bisa menimbulkan kesalahpahaman,” lanjutnya.


Fenomena Bahasa Internet yang Mendunia

Ketika chatting di internet tak bisa lagi dipisahkan dari kehidupan sehari-hari, emoticon terus berevolusi. Kini seluruh platform media sosial, dari mulai Facebook hingga Path, maupun messenger, dari Yahoo! Messenger hingga Google Talk seakan berlomba-lomba untuk menciptakan bermacam-macam versi emoticon sendiri. Menurut Bangwin, emoticon akan terus ‘hidup’ dan berkembang di dunia internet selama komunikasi online dengan teks masih digunakan. “Fitur emoticon ini semakin ‘menggila’ di platform komunikasi anak muda, seperti LINE, WeChat, KakaoTalk, dan bahkan yang lebih serius seperti WhatsApp dan Path. Namun kini mereka menggunakan istilah Sticker agar bisa mengeksplor kemungkinan lebih jauh ketimbang hanya perwujudan dari emosi semata,” ungkapnya.


Selain lucu dan menarik dari sisi seni desain, emoticon menjadi fenomenal karena fungsinya dalam menjaga hubungan baik di dunia internet karena dapat mencegah kesalahpahaman yang sering sekali terjadi dalam bahasa teks yang sering disalahtafsirkan. Pada tahun 2007, Yahoo! Messenger pernah melakukan survey pada 40.000 responden mengenai penggunaan emoticon. Hasilnya? 82% yang menggunakan Yahoo! Messenger mengaku menggunakan emoticon dalam percakapan online sehari-hari dan 61% pengguna merasa paling bisa mengekspresikan diri jika menggunakan emoticon saat sedang chatting.


Lain lagi dengan riset yang dilakukan oleh Facebook, bekerja sama dengan Universitas Berkeley, Yale, Stanford, dan sekitarnya. Para peneliti menemukan bahwa memberikan tanda emosi yang jelas dapat meningkatkan hubungan antarmanusia, karena dapat membantu kita berkomunikasi dengan lebih baik dan lebih mengerti orang lain sehingga dapat memberikan respon secara cerdas. “Riset ini akan berguna bagi Facebook untuk mengintegrasikan evolusi bahasa yang sudah berjalan jutaan tahun ini ke pengalaman menggunakan Facebook,” demikian keterangan Facebook, yang memberikan nama Finch dan Meep untuk animasi emoticon mereka, dalam rilisnya.


Menurut DailySocial.net, pengguna Facebook yang paling gemar menggunakan emoticon berasal dari Australia, Amerika Serikat, Arab Saudi, dan Inggris. Lalu, berada di mana posisi Indonesia? Ternyata pengguna Facebook yang berasal dari Indonesia tergolong jarang memanfaatkan emoticon yang ada pada Facebook Messenger. Hal ini disebabkan karena memang Facebook Messenger kurang popular di Indonesia. Namun jika dibandingkan dengan media sosial dan messenger lainnya, seperti Path dan LINE, jelas hasilnya berbeda 180 derajat.


Serunya, meski tak ada perbedaan signifikan dalam penggunaan emoticon di dunia internet antara negara yang satu dengan yang lainnya, menurut Bangwin mungkin saja ada budaya-budaya suatu negara tertentu atau inisiatif-inisiatif khusus dari sang penyedia emoticon untuk memunculkan versi lokal negaranya. Sebut saja negara-negara dengan budaya Asia Timur, seperti Cina, Jepang, dan Korea yang terbiasa mengekspresikan rasa hormat kepada orang yang lebih tua dengan cara membungkukkan badan dalam kehidupan sehari-hari. Itu sebabnya pada emoji ada icon khusus bergambar orang memberi hormat sambil membungkuk, yang tidak akan bisa ditemukan pada emoticon bergaya barat.


Selain itu, pada emoticon bergaya barat umumnya bagian mulutnya lebih ekspresif. Sedangkan pada emoji, atau emoticon bergaya timur, justru memiliki mata yang lebih ekspresif, seperti (^_^) untuk melukiskan perasaan senang atau (T_T) untuk perasaan sedih. Perbedaan ini dikarenakan adanya perbedaan budaya pada masing-masing pemakainya, yaitu budaya barat yang lebih ekspresif dalam berkomunikasi verbal dan budaya timur yang lebih menjaga tutur kata dalam komunikasi verbal. Keduanya tanpa disadari menjadi ‘bahasa universal’ di dunia internet. “Kemampuan keduanya mewakili ekspresi kita saat berkomunikasi membuat emoticon atau emoji menjadi sangat populer. Apalagi pengguna di Indonesia pada dasarnya memang suka sekali ngobrol, kan?” tutur Bangwin.




*) Artikel ini pernah dimuat di Majalah Femina edisi Februari 2014

(The article was published in Femina Magazine, February 2014 edition)

English version


EXPRESSIVE THROUGH EMOTICONS: How to Turn Text Chats into Exciting Conversations

Starting from a simple combination of punctuation, letters, and numbers to colourful cartoon images that not only display various expressions, but also body language as a whole.


Journey Through Three Decades

Emoticon, according to Social Media Consultant Abang Edwin SA's observation, starts gaining its popularity in Indonesia when a web-based instant messenger began to be used. "Initially, people used emoticons which only contain a combination of punctuation that describes facial expressions, and this was done via SMS," he said. Later, according to Bangwin who was a former Senior Community & Social Media Manager of Yahoo! Indonesia, Yahoo! Messenger began to popularize the use of emoticons in form of the 'smiley face' icon.


In accordance with its meaning, emoticons that come from a combination of two words in English, 'emotion' and 'icon' do function to describe facial expressions, for example :-) to describe a smile or :-( to describe a sad expression. In its use, according to Bangwin, emoticons have experienced rapid development in Indonesia because they provide an exciting and fun face-to-face chatting experience. "That is why emoticons have become very popular in Indonesia," he said.


Before there were emoticons, conversations in the online world relied solely on text, where each expression had to be described in words. Bangwin exemplifies the expression of laughter, which used to have to be written with "hahaha", through emoticons it is quite illustrated by the symbol :-D. There are also many derivatives, such as :-)) to laugh broadly, :-))) to laugh out loud, and ;- D to laugh while winking. "With emoticons, our communication in the online world is much more colourful and expressive, don't you think?" he asked.


Then where do emoticons actually originate from? That said, the emoticon element has been found in Morse code in a telegraph letter that serves to express 'love and kisses' in the book 'National Telegraph Review and Operators Guide' published in the United States in April 1857.



But the official emoticon was first discovered by Scott E. Fahlman, now nicknamed as 'Mr. Emoticon', on September 19, 1982. At that time, Fahlman, who was a professor in the Department of Computer Science at Carnegie Mellon University, United States suggested the use of emoticons :-) for humour pieces and :-( for writings that contain serious matters. Shortly after that, various other emoticons were created and used in conversations all over the internet.


There are also those who claim that previously Kevin MacKenzie, a new employee at MsgGroup (the initial partner who released the ARPANet mailing list, which later developed into the internet) in 1979 had first proposed the addition of punctuation, such as -), which meant sticking out a tongue to clarify a sentence as a joke or something not serious. But at that time his proposal was rejected.


The history of modern emoticons also cannot be separated from the pop culture icon "Smiley Face", a legendary caricature originally created by Harvey Ball in 1963 for insurance companies. The inspiration of the round-faced yellow figure who smiles broadly and increasingly worldwide is merged into the internet culture which eventually gives birth to various other expressions in the form of animation that makes it easier for the user: just click the desired emoticon without memorizing complex characters, the interlocutor immediately understands intonation or your body language.


The development of emoticons dominated by the Western world prompted Asia to create emoticons of their own culture. Pioneered by Japan, emoji (derived from the word 'e' which means picture and 'moji' which means letters) was first created in 1998 by Shigetaka Kurita, a member of the mobile internet platform development team at NTT Docomo, Inc., a cell phone operator company. A total of 172 12x12 pixel emojis are intentionally included in the message feature to help electronic conversations, while differentiating these features from other services.


The funny thing is, emoticons were actually 'born' long before mobile phones and internet culture were created. So what drives and makes these emoticons evolve in their appearance and shape? According to Bangwin, human needs to express emotions are increasingly high in communicating on the internet world. "If you only rely on text, communication becomes very risky of being disconnected, it can even lead to misunderstandings," he continued.



The Internet Language Phenomenon


When chatting on the internet can no longer be separated from everyday life, emoticons continue to evolve. Now all social media platforms, from Facebook to Path and messenger, from Yahoo! Messenger to Google Talk race against each other to create various versions of their own emoticons. According to Bangwin, emoticons will continue to 'live' and develop in the internet world as long as online communication with text is still in use. "This emoticon feature is getting 'crazier' on youth communication platforms, such as LINE, WeChat, KakaoTalk, and even more serious ones like WhatsApp and Path. But now they use the term Sticker in order to explore the possibility even further than just the manifestation of emotions alone, "he said.



Besides being cute and interesting in terms of design art, emoticons become phenomenal because of their function in maintaining good relations in the internet world. They can prevent misunderstandings that often occur in texting, which very easy to be misinterpreted. In 2007, Yahoo! Messenger conducted a survey of 40,000 respondents regarding the use of emoticons. The result? 82% of Yahoo! Messenger user claimed to use emoticons in daily online conversations, and 61% of users feel most able to express themselves when using emoticons while chatting.



Another research conducted by Facebook, in collaboration with the University of Berkeley, Yale, Stanford, and surrounding areas, found that giving clear emotional signals can improve relationships between people, because it can help us communicate better and to improve our understanding of others so that we can respond intelligently. "This research will be useful for Facebook to integrate the evolution of language that has been running millions of years into the experience of using Facebook," said Facebook representative, who named their emoticon animation Finch and Meep, in its release.



According to DailySocial.net, Facebook users who most likely to use emoticons come from Australia, the United States, Saudi Arabia, and the United Kingdom. Wait, what? Where is Indonesia? Turns out, Facebook users from Indonesia are rarely using emoticons in Facebook Messenger. This has to do with Facebook Messenger's popularity in Indonesia. However, when compared to other social media and messengers, such as Path and LINE, the results are clearly 180 degrees different.



According to Bangwin, although there was no significant difference in the use of emoticons on the internet between one country and another, there might be cultures of a particular country or special initiatives from the emoticon provider to bring up the local version of his country. It can be the countries with East Asian cultures, such as China, Japan, and Korea who are accustomed to expressing respect to older people by bowing to their daily lives. That's why the emojis have a special icon where people give respect and bow down, which can't be found in western-style emoticons.



In addition, the western style emoticons are generally more expressive in the mouth area. Whereas emojis, or eastern style emoticons, actually have more expressive eyes, like (^ _ ^) to describe feelings of pleasure or (T_T) for feelings of sadness. This difference is due to cultural differences in each user: the western culture that is more expressive in verbal communication and the eastern culture which is more cautious and safeguarding speech in verbal communication. Both are unwittingly becoming 'universal languages' in the internet world. "The ability of both to represent our expression when communicating makes emoticons or emojis very popular. Moreover, users in Indonesia basically really love to chat, don't they? " said Bangwin.



Featured Posts
Recent Posts
Archive
Search By Tags
Follow Stephanie Mamonto
  • LinkedIn
  • Instagram
bottom of page